barusan ngeliat berita, isinya tentang anak sekolah pedalaman yg pintar
tapi karena keterbatasan biaya dia tidak mampu untuk.melanjutkan sekolah ke jenjang yg lebih tinggi.
Dulu, sewaktu gw masih SMP, SMA gw berfikir dunia ini sudah cukup adil,
kenapa? dengan mengukur teman2 sendiri untuk yg keluarganya kurang mampu rata2 mereka
cukup pintar dan berprestasi dalam belajar. sedangkan yg untuk keluarga
berkecukupan mereka mungkin biasa-biasa saja dikelas. (this is fact in my class ago)
pendapat ini gw dapat dari pengamatan terhadap teman-teman gw sendiri semasa
sekolah. walau ngga semuanya seperti itu, tapi.ya sebagian memang
terjadi.
Dan miris banget ketika salah satu temen gw, yg sekelas dari SD-SMP berhenti sekolah di SMA yg baru merasakan celana abu-abunya di kelas 1.
Dia adalah anak yang cukup pintar, semasa SD dia pindahan dari sekolah
didaerah ke Jakarta. dengan bahasa logat jawanya, dia mampu menjadi
juara kelas berturut turut sampai ke NEM/Nilai ujian akhir tertinggi waktu SD
dulu. dia bukan orang mampu, hanya tinggal dikontrakan kecil, dan kalau
untuk jajan pun rasanya jarang gw lihat.
Berlanjut ke SMP kami sekelas lagi, dan
benar prestasinya masih berlanjut, dia hebat dimata gw, dalam beberapa
pelajaran matematika/fisika khususnya hal-hal rumit mampu dia
sederhanakan dan dia sharing ke teman teman lain agar mudah mengerti. hal-hal seperti itu , pintar
dan kesederhanaannya itu selalu membuatku kagum. jauh lebih kagum dibanding teman-teman yg datang kesekolah dengan pamer Handphone baru.
Selepas SMP kami sama-sama melanjutkan ke SMA, sesuai dengan NEM dia yg
lebih tinggi didapat, dia berhasil masuk ke SMA yg lebih unggul dr pada
SMA yg gw dapat. mulai dari sini kami berpisah.
Hampir setengah semester gw melanjutkan sekolah, gw mendapati kabar bahwa kawan gw itu tidak lagi bersekolah.
amat sangat terkejut gw waktu itu. dengar cerita bahwa kekurangan biaya
membuatnya harus berhenti bersekolah. tapi gw blm bisa mengerti knp dia
tak ajukan beasiswa?
OHMYGOD! dimana keadilan, banyak orang-orang yg menyiakan waktu dan biaya sekolahnya untuk
hal-hal remeh, mengambil uang bayaran untuk bermain main. namun untuk teman gw ini seperti tak diberi kesempatan.
Lama waktu berlalu, gw dengar dia sekarang hidup merantau berpindah-pindah, bukan hanya dari kota ke kota, tapi sampai pulau ke pulau. bukan untuk bersenang-senang dia bekerja dibidang percetakan buku, dan harus menyebarkan buku - buku cetak tersebut. kita masih saling bertukar kabar, sesaat dia sedang ke Jakarta pasti dia kerumah gw. Sering gw menerima kabar dia sedang
di sumatra, kemudian ke kalimantan, blm lama akhir-akhir ini dia ke papua. Hebat bukan? Kehidupannya membuatku merasakan ketangguhan hidup gw blm ada apa-apanya dibanding dia.
Dulu dia hanya seorang anak yg hidup ingin sama dgn anak-anak lain. belajar,
sekolah, bermain. sampai akhirnya dia tidak bs disamakan lagi dengan anak2
lain seperti umumnya. namun dia tetap bahagia dgn hidupnya. dia bisa
bercerita tentang petualangannya dijauh sana. dan akupun selalu surprise
mendengar ceritanya itu.
Dulu dia anak pertama yang mengajarkan gw komputer, tentang aplikasi2
ringan untuk belajar, menggambar, rumus-rumus exelant, tentang cara menonton film dikomputer, padahal
komputer yg dipakaipun komputer orang lain. disaat pelajaran kosong dia yang selalu punya
imajinasi tinggi dengan gambar-gambar kartunnya yang hampir disusun menjadi
sebuah komik lucu.
Yah memang kita tidak bisa menghakimi adil/tidak adil didalam hidup
ini, rencana Tuhan pasti selalu baik.
Kita hanya tinggal berusaha, namun
andaikan kau dulu bisa menyelesaikan SMA mu dan dapat melanjutkan ke bangku
Kuliah kawan. gw yakin kau mampu membuat dunia ini melihatmu
berprestasi!
Seorang anak dengan semangat hidupnya yang pindah ke Jakarta, kalau ditanya apa
pemain bola kesukaan mu? dengan logat jawanya tegas dia menjawab
"Ronaldo"